Aku adalah Aku, bukan Kamu ataupun Mereka!

Aku, Kamu ataupun Mereka

Aku, Kamu ataupun Mereka

“Wah, kayanya asik ya kalau jadi si A.. Bisa ini, itu, tinggal pilih doang terus nikmatin!” Iya, banyak lho yang suka berkata seperti itu dan gue juga pernah ngalamin hal kaya gitu. Terus, gue ngelakuin apa yang gue anggap enak seperti mereka? Bahkan, sampai sekarang gue ga pernah menjadi yang gue mau itu dan ga pernah sekalipun melakukan apa yang mereka lakukan kok.

Mungkin kalian semua pernah mengalami itu juga, lantas kalian mencoba untuk menjadi mereka yang ternyata kalian ga bisa seperti mereka. Gue punya rasa iri, punya rasa ingin memiliki hal yang dimiliki oleh orang lain. Tapi, gue sadar kalau gue itu ya gue, aku ya aku bukan kamu ataupun mereka.

Gue ga pernah menyalahkan siapa-siapa ketika mereka melakukan sesuatu sama seperti yang orang lain lakukan. Mulai dari ujung kaki sampai ujung kepala, tapi alangkah baiknya memang menjadi diri sendiri bukan menjadi orang lain demi mewujudkan egoisme pribadi yang ingin tercapai.

Bagus memang untuk menjadi motivasi terhadap diri sendiri ketika kalian lihat orang lain melakukan sebuah hal atau apapun itu, namun itu bukan menjadi alasan bahwa kamu harus mengikuti apa yang mereka lakukan, tetaplah menjadi diri sendiri dan biarkan orang lain berkata apa tentang kamu.

Menjadi minoritas? Tenang, tidak semua minoritas itu buruk kok. Tidak semua mayoritas itu baik, karena semua itu tergantung sudut pandang orang yang melihat kita. Sayangnya, banyak yang melihat dengan sudut pandang saat ini bukan sudut pandang yang cukup luas.

Oia, ngebahas masalah minoritas gue pernah baca kok di blog salah satu teman blogger lainnya. Mba Indah Juli, apakah salah menjadi minoritas? Iya, gue cukup setuju dengan tulisan tersebut dan seperti yang gue bilang diatas ga selamanya minoritas itu buruk.

Ini hanya pendapat pribadi tanpa adanya data pendukung, gue hanya bisa melihat terlalu banyak seseorang ingin menjadi orang lainnya demi sesuatu hal yang ingin dicapai, yang pada dasarnya bertentangan dengan dirinya sendiri. Pertanyaannya, untuk apa?

Gue ambil contoh sederhana, ketika melihat salah seorang pembuat konten sukses dengan yang namanya konten game lantas banyak yang mengikuti dengan gaya orang tersebut. Padahal, gue tahu mereka bukanlah orang yang pantas melakukan hal itu, hanya demi sebuah egoisme mereka mencoba peruntungan untuk menjadi seperti orang lain itu.

Masih banyak lagi sebenarnya perihal ini, tapi pesan gue hanyalah satu untuk kalian semua yang membaca tulisan ini. Silahkan ikuti apa yang orang lain lakukan, tetapi ingat tetaplah menjadi diri kalian sendiri dan memiliki karakter dalam hidup kalian. Aku adalah aku, bukan kamu ataupun mereka!