Tragedi Kecelakaan Kereta Api Bintaro hari senin tanggal 9 Desember 2013 ini sungguh membuat saya secara pribadi sangat terkejut. Dimana, pada tahun 1987 silam pernah terjadi hal yang sama dan serupa dengan tahun ini. Entah, mungkin tempat yang sama atau berbeda saya juga belum begitu tahu pasti dikarenakan saya sendir masih kesulitan koneksi untuk mencari berita tahun 1987.
Sangat disayangkan memang ketika kita hendak berniat mencapai tempat tujuan lebih cepat menggunakan jasa kereta api, namun nasib berkata lain bagi para penumpang yang naas pada hari ini. Berita ini saya mendapatkan dari teman – teman yang begitu aktif didunia maya seperti twitter.
Tragedi Kecelakaan Bintaro
Berita yang tersebar didunia maya memang sangat cepat, apalagi yang bersifat kecelakaan seperti ini. Jangankan berita kecelakaan, berita yang memuat sebuah eventpun akan sangat tersebar melalui sosial media ini. Namun, amat sangat disayangkan jika para awak media berburu memberikan informasi secara cepat namun beberapa data masih kurang mendukung yang mengakibatkan kesimpang-siuran berita.
Namun, bukan hal tersebut yang ingin saya bahas pada artikel Kecelakaan Kereta Api Bintaro kali ini. Saya lebih menitik beratkan kepada apa yang terjadi sehingga mengakibatkan kecelakaan yang menghilangkan nyawa beberapa orang ini.
1. Menerobos Palang Pembatas
Dari beberapa pemberitaan yang saya baca dimedia sosial, bahwa pengendaran truk tanki minyak dari pertamina ini menerobos palang pembatas yang sudah akan tertutup. Hal ini sangat saya sesalkan sekali, mengapa? karena si pengendara truk tidak memperhatikan atau mengabaikan rambu-rambu yang ada.
Entah maksud dari si pengendara truk tersebut ingin cepat sampai tujuan atau memang ada hal yang lain, sehingga membuat sebuah keputusan yang sangat disayangkan sehingga menghilangkan nyawa orang lain dan juga dirinya.
2. Palang Pembatas Lambat Menutup
Dari beberapa media yang lain, saya membaca bahwasanya palang penutup rel kereta api ini terlambat menutup. Namun, memang jika hal tersebut terjadi pasti ada suara yang menandakan bahwa akan adanya sebuah kereta yang melintas jalur tersebut. Saya sendiri tidak begitu memahami bagaimana ini terjadi, silahkan teman – teman sendiri membaca beberapa portal berita yang ada yang memang lebih mencari kepada informasi tersebut, saya hanya mengambil sebuah kesimpulan semata.
Dari 2 hal diatas yang saya jabarkan, saya membuat sebuah kesimpulan bahwa pengendara kendaraan bermotor di Indonesia masih sangat kurang memperhatikan keselamatan diri sendiri & orang lain. Hal ini banyak saya temukan tidak semata hanya melewati palang pembatas kereta api.
Sebagai contoh, masih banyak para pengendara sepeda motor ketika berada di sebuah lampu merah yang menerobos jalan ketika lampu masih berwarna kuning. Mereka sendiri tidak memikirkan keadaan jalan yang masih ramai, mereka hanya berfikir sekarang sudah waktunya saya jalan dan yang lain silahkan berhenti.
Sering kali saya meneriaki para penggendara bermotor yang seperti ini, biarkan mereka marah kepada saya karena memang hal tersebut sangat membahayakan keselamatan dia dan orang lain. Pesan singkat saya untuk para pengendara bermotor sama seperti yang dilakukan TMC Polda Metro Jaya Jadikan Keselamatan Sebagai Kebutuhan. Sekian dulu ya bahasan saya mengenai Tragedi Kecelakaan Kereta Api Bintaro.