Bahan Bakar Minyak atau sering di singkat BBM seperti yang kita ketahui telah resmi dinaikan oleh Presiden R.I, Bpk. Joko Widodo ini. Tentunya, yang dinaikan hanyalah bahan bakar yang bersubsidi dari pemerintah. Ada beberapa yang menyebutnya dengan pengurangan jatah subsidi atau pengalihan subsidi dari bahan bakar ke bagian lainnya. Dibalik nama itu semua, tentu harga premium sudah naik menjadi Rp 8.500/liter dan Solar Rp. 7.500/liter.
Dibalikan kenaikan harga tersebut, banyak yang menyangkan atas kenaikan harga tersebut dan juga ada beberapa orang yang membandingkan kenaikan harga tersebut dengan hal lain. Nah, kali ini saya tidak akan membahas mengenai dunia politik karena memang saya sangat tidak tertarik dengan dunia tersebut. Tapi, saya akan membahas dari sudut pandang sosial media.
Bahan Bakar Minyak
Seperti yang saya sebutkan diatas, banyak yang membandingkan kenaikan harga BBM Bersubsidi ini dengan hal lain, misalnya dengan harga rokok, harga hotel atau apapun itu yang berhubungan dengan kesenangan kita sehari-hari. Memang, tidak ada salahnya ketika mereka semua membandingkan mengapa harga rokok yang dibilang diatas Rp. 10.000/bks kita bisa membeli sedangkan harga BBM yang hanya RP. 8.500/ltr kita seakan-akan emosi dengan hal tersebut.
Sejujurnya, saya sendiri tidak menggunakan premium karena dari awal saya memiliki kendaraan bermotor saya sudah menggunakan bahan bakar jenis pertamax. Namun, saya agak menyayangkan ketika semua orang disosial media menganalogikan harga bahan bakar minyak dengan harga rokok.
Memang, harga rokok bisa dibilang tinggi namun tetap ada pembelinya. Tetapi, apabila kenaikan bbm ini disamakan dengan hal tersebut, saya tidak setuju. Mengapa? Sejujurnya, ketika harga rokok naik tidak akan berdampak kemana-mana. Tetapi, kenaikan harga BBM bersubsidi ini seperti kita sedang bermain domino, apabila kita sentuh & terjatuh ia akan menjatuhkan yang lainnya dengan cepat, begitu pula dengan kenaikan BBM.
Sudah bisa dibayangkan, apabila harga BBM naik harga barang lainnyapun seakan-akan “latah” untuk mengikuti kenaikan harga tersebut. Berbeda dengan rokok atau barang mewah lainnya. Well, daripada kalian masih sibuk dengan mengatakan kebijakan pak presiden memberatkan rakyat, ada baiknya kita memikirkan bagaimana cara kita untuk membantu sesama akibat kenaikan harga BBM bersubsidi ini.
Namun, dibalik kenaikan harga premium seperti yang saya sebutkan diatas. Nampaknya, pengguna pertamax dapat sedikit tersenyum karena harga perliternya untuk saat ini turun menjadi Rp. 9.950/liter. Nah, sedikit pesan untuk kalian yang masih berkomentar akan kenaikan BBM bersubsidi ini lebih baik kita mencari cara untuk menambah pendapatan kita didunia nyata dibandingkan kita berkeluh kesah di sosial media dan saling menghujat antara satu sama lain. Selamat bekerja keras, sahabat :)
Mantapkanlah diri untuk meningkatkan pendapatan agar dapat mengimbangi naiknya harga be-be-em…
Setuju, mas.
saya juga pakainya pertamax mas seminggu paling 30ribu untuk motor antar jemput anak sekolah aja itu juga masih didalam kompleks :) Mau fong menambah pendapatan di dunia maya juga hehehe
Wah, seminggu Rp. 30.000. Aku dipakai harian, seminggu bisa Rp. 55.000an mba. huhuh..
Aku juga lagi nyari tambahan income kok, mba. Maklum, buat modal :)
sekarang beda tipis antara premium sama pertamax. Ganti ke pertamax aja kayaknya lama2 :)
Hehe..
Iya, sekarang udah beda tipis karena harga minyak dunia turun. Kalau saran sih, lebih baik pakai pertamax karena untuk pembakaran mesin lebih bagus dibanding premium, mba. :)
sekarang jarang pakai sepeda motor..malah beralih ke sepeda pancal..utnuk penghematan biaya bahan bakar..hehe :D
Sepertinya, kita memang diharuskan untuk beralih nih mas :)